Ranto Peureulak (MAN 3 ACEH TIMUR) dalam rangka penguatan pelajaran sejarah sabtu (24-5-2025) Sejumlah Siswa siswi man 3 Aceh timur melakukan kunjungan ke sebuah mesjid tertua di kecamatan Peureulak yaitu Mesjid Baiturrahim yang terlelak di Gampong Tualang,mempelajari sejarah kebudayaan islam dengan langsung terjun ke lapangan sebagai salah satu implementasi yang digaungkan oleh menteri dalam kurikulum deep learning
Syarifah Rauzah,S.Pd I selaku kesiswaan Man 3 Aceh timur di dampingi Khairul azmi yaitu Humas Man 3 Aceh timur menjelaskan selama ini kalau sudah berbicara sejarah kebudayaan islam yang terbayang oleh siswa-siswi adalah Negeri Arab,maka kami membawa mereka langsung ke situs bersejarah islam yang ada di sekitar terutama yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Timur.
Program ini adalah dari Guru Sejarah Kebudayaan Islam untuk memperkenalkan kepada siswa-siswi tentang perkembangan islam yang ada wilayah Nusantara dan program ini sudah sering dilakukan oleh Guru Man 3 Aceh Timur,
Syarifah Rauzah,S.Pd I menambahkan bahwa kali ini situs yang dikunjungi adalah sebuah mesjid tua yang terletak di Gampong Tualang Kecamatan Peureulak dan Makam Sultan Alaidin Said Maulana Abdul Azis Syah yang terletak di Gampong Bandrong juga di Kecamatan Peureulak,
Hal ini dianggap sangat penting karena mengingat pengetahuan generasi muda saat ini terkait dengan sejarah masih sangat kurang sehingga perkembangan peradaban sejarah menjadi kabur dan buta akan perkembangan peradaban sejarah kebudayaan islam yang ada di wilayahnya sendiri.
Di tengah pesatnya arus informasi dan teknologi, tidak sedikit generasi muda di Aceh Timur yang mulai terputus dari akar sejarahnya sendiri. Banyak siswa dan siswi, khususnya di wilayah Peureulak dan Ranto Peureulak belum mengetahui bahwa tanah yang mereka pijak menyimpan jejak penting dalam sejarah Islam di Nusantara.
Salah satu situs yang mulai dilupakan adalah Masjid Tua Baiturrahim di Gampong Tualang, Kecamatan Peureulak. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan simbol awal berkembangnya Islam di wilayah timur Aceh. Berdiri dengan arsitektur khas yang mencerminkan warisan budaya masa lalu, masjid ini menjadi saksi bisu peradaban Islam yang tumbuh subur di Peureulak.
Lebih menyedihkan lagi, banyak pelajar bahkan tidak mengenal makam Sultan Alaidin Said Maulana Abdul Aziz Syah, raja pertama Kesultanan Islam Peureulak, yang terletak di Gampong Bandrong. Beliau adalah tokoh penting yang memimpin salah satu kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara, jauh sebelum berdirinya kesultanan lain di Nusantara. Makamnya kini sepi, hanya dikunjungi segelintir orang yang masih peduli akan sejarah.
Ketidaktahuan ini bukan semata-mata kesalahan generasi muda, melainkan juga akibat kurangnya pengenalan sejarah lokal dalam dunia pendidikan. Padahal, memahami sejarah Islam di tanah sendiri bisa menumbuhkan rasa bangga, identitas, dan semangat untuk melanjutkan perjuangan dalam bentuk yang lebih modern: menjaga nilai-nilai, budaya, dan keilmuan Islam di tengah tantangan zaman.
Sudah saatnya sekolah/madrasah, pemerintah daerah, dan masyarakat bersama-sama menghidupkan kembali narasi sejarah Islam lokal. Tidak hanya melalui buku, tetapi juga lewat kunjungan edukatif, dokumentasi, dan pembelajaran kontekstual agar para pelajar tahu bahwa mereka bukan hanya bagian dari masa depan, tetapi juga pewaris masa lalu yang agung.
KOMENTARI TULISAN INI